PENGGUNAAN TERAPI BERMAIN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN
LITERATURE CIRCLES UNTUK MENINGKATKAN
MINAT SISWA DALAM MEMBACA DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA SDLB-D (TUNADAKSA) YPAC SURABAYA DALAM MENULIS
OLEH :
WIDIYA NANI (14010044056)
PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Pentingnya menanggapi
kemajuan masa kini dan yang akan datang, bangsa Indonesia perlu memosisikan
dirinya menjadi bangsa yang berbudaya baca tulis. Pengembangan baca tulis
dimulai dari pendidikan formal yaitu sekolah dasar. Jenjang sekolah dasar
berfungsi sebagai pusat budaya dan pembudayaan baca tulis. Sekolah dasar
sebagai penggalan pertama pendidikan dasar, seyogyanya dapat membentuk landasan
yang kuat untuk tingkat pendidikan selanjutnya (Zulela, 2012:1). Membaca dan
menulis merupakan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam era
literasi yang sedang digalakkan oleh pemerintah saat ini.
Untuk meningkatkan minat
membaca dan menulis pada siswa, dapat digunakan salah satu cara atau teknik
dalam strategi pembelajaran literasi yaitu literature
circles. Literature circles adalah
sebuah strategi pembelajaran literature yang berlandaskan konsep belajar sambal
bekerja. Strategi ini menekankan aktivitas otentik siswa dalam mempelajari
karya atau teks sastra melalui berbagai kegiatan literasi baik membaca,
menulis, menyimak, maupun berbicara (USAID, 2015:13-14).
Karena peningkatan minat
membaca dan menulis ditujukan pada siswa berkebutuhan khusus yaitu siswa dengan
spesifikasi tunadaksa. Dimana siswa dengan ketunadaksaan memiliki hambatan
motorik. Hal tersebut dapat dilihat dari pengertian anak tunadaksa menurut
Salim (1995:33) istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna” yang artinya rugi
atau kurang dan kata “daksa” yang artinya adalah tubuh. Sehingga tunadaksa
ditujukan pada mereka yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna.
Ketidaksempurnaan ni terjadi karena ada masalah berupa kelainan ortopedi yang
berhubungan dengan otot, tulang dan persendian. Sehingga masalah yang dialami
karena kelainan tersebut adalah kemampuan motoriknya. Siswa membutuhan
pembelajaran dengan prinsip multisensori dan prinsip individualisasi.
Pembelajaran dengan
teknik multi sensori dapat diberikan juga melalui terapi bermain. Sehingga
untuk meningkatkan minat membaca dan kemampuan untuk menulis maka strategi
pembelajaran literatur dapat dikombinasikan dengan terapi bermain agar siswa
merasa senang dan mampu menikmati pembelajaran.
Berdasarkan hal-hal yang
telah disampaikan sebelumnya maka masalah peningkatan minat baca dan kemampuan
menulis siswa tunadaksa melalui penggunaan terapi bermain dengan strategi literature circles yang dilaksanakan di
YPAC Surabaya perlu dilakukan.
2.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana cara
meningkatkan budaya membaca dan menulis pada siswa SDLB-D YPAC Surabaya?
2.
Apa yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis siswa SDLB-D YPAC
Surabaya?
3.
Mengapa penggunaan
terapi bermain dengan strategi pembelajaran literature
circles dianggap mampu untuk meningkatkan minat membaca dan produktivitas
menulis siswa SDLB-D YPAC Surabaya?
3.
TUJUAN PENELITIAN
1.
Untuk mengetahui
cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan budaya membaca dan menulis siswa
SDLB-D YPAC Surabaya.
2.
Untuk mengetahui
hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis siswa
SDLB-D YPAC Surabaya.
3.
Untuk membuktikan
keefektifan penggunaan terapi bermain dengan strategi pembelajaran literature circles dalam meningkatkan minat
membaca dan produktivitas menulis siswa SDLB-D YPAC Surabaya.
4.
MANFAAT PENILITIAN
1.
Mencari tahu cara
yang dapat dilakukan agar budaya membaca dan menulis siswa SDLB-D YPAC Surabaya
meningkat.
2.
Mencari tahu hal
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis siswa SDLB-D
YPAC Surabaya.
3.
Pembuktian
terhadap keefektifan penggunaan terapi bermain dengan strategi pembelajaran literature circles dalam meningkatkan
minat membaca dan produktivitas menulis siswa SDLB-D YPAC Surabaya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Membaca merupakan keterampilan yang harus
diajarkan kepada siswa sejak ia memasuki jenjang sekolah dasar. Membaca merupakan
kemampuan yang harus dimiliki oleh semua anak karena melalui membaca anak dapat
belajar banyak tentang berbagai bidang studi (Mulyono, 2012:157). Dengan
kemampuan membaca yang dimiliki dapat memungkinkan seseorang untuk meningkatkan
keterampilan kerja dan memiliki penguasaan dalam berbagai bidang akademik.
Selain itu dengan kemampuan membaca juga dapat memungkinkan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan soaial,budaya, politik dan memenuhi kebutuhan
emosional. Menurut A.S Broto (1975:10) dalam Mulyono (2012:158) membaca bukan
hanya mengucapkan Bahasa tulisan atau lambing bunyi Bahasa, melainkan juga
menanggapi dan memahami isi Bahasa tulisan. Kemudian untuk kegiatan menulis,
menulis bukan hanya menyalin tulisan tetapi juga mengekspresikan perasaan atau
pikiran penulis kedalam lambang-lambang tulisan. Menurut Mulyono (2012:178)
kegunaan kemampuan menulis bagi para
siswa adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas
sekolah. Oleh karena itu tanpa kemampuan menulis siswa akan kesulitan untuk
melakukan ketiga tugas tersebut sehingga menulis harus diajarkan mulai saat
anak memasuki jenjang sekolah dasar. Dalam Mulyono (2012:178), Lerner
(1985:413) mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu
bentuk visual. Soemarno Markam (1989:7) menjelaskan bahwa menulis adalah
mengungkapkan Bahasa dalam bentuk simbol gambar. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa menulis merupakan serangkaian aktivitas yang melibatkan tangan, lengan,
jari serta mata untuk menghasilkan sebuah tulisan yang sesuai dengan pikiran
atau perasaan penulis.
Dari pengertian membaca dan menulis yang
telah disampaikan jelas bahwa membaca dan menulis harus diajarkan mulai dari
jenjang sekolah dasar. Untuk itu budaya membaca dan menulis haruslah
ditingkatkan. Untuk meningkatkan minat baca dan menulis siswa maka diperlukan
suatu strategi yang dianggap menyenangkan bagi siswa. Sehingga guru haruslah
memfasilitasi hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan minat membaca dan
menulis siswa. Salah satu strategi pembelajaran literatur yang dianggap
menyenagkan dan mampu meningkatkan minat membaca dan menulis siswa atau disebut
juga kegiatan literasi dapat menggunakan strategi pembelajaran literature circles.
Daniel ( 2002:18) dalam USAID (2012:14)
menyatakan bahwa strategi pembelajaran literature
circles menekankan sebelas kunci
aktivitas literasi. Kesebelas kunci aktivitas literasi tersebut adalah:
1.
Siswa memilih
sendiri buku bacaan yang akan dibacanya.
2.
Siswa yang memilih
bukuyang sama berada di dalam satu kelompok.
3.
Kelompok yang
berbeda membaca buku yang berbeda pula.
4.
Masing-masing
kelompok membuat jadwal rutin untuk mendiskuskan buku yang dipilih.
5.
Siswa mencatat
seluruh hasil aktivitas membaca dan dskusi yang dilakukan dalam kelompok.
6.
Diskusi
dilaksanakan berdasarkan topik yang
dipilih siswa.
7.
Pertemuan anggota
kelompok bertujuan untuk membicarakan buku secara alamiah sehingga diharapkan
dihasilkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended)
8.
Guru berperan
sebagai fasilitator kelompok, bukan sebagai anggota kelompokmaupun instruktur
kelompok.
9.
Evaluasi dilakukan
berdasarkan hasil evaluasi diri oleh siswa dan melalui observasi guru.
10.
Proses aktivitas
literasi dilandasi suasana yang menyenangkan.
11.
Ketika sebuah buku
selesai dibaca, perwakilan kelompok wajib membagikan informasi tentang isi buku
pada kelompok lain.
Teknik literasi ini
merupakan teknik yang tepat dikarenakan sswa tunadaksa membutuhkan teknk
multisensory untuk belajar suatu hal yang baru.
Prinsip multisensory sendiri merupakan
prinsip dalam proses pendidikan pada anak-anak tunadaksa yang sedapat mungkin
memanfaatkan dan mengembangkan indera-indera yang ada dalam diri anak. Dan untuk prinsip
individualisasi merupakan prinsip dalam menangani siswa tunadaksa dengan
memperhatikan keadaan perindividu. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan dari
strategi pembelajaran literature circles dan
memperhatikan prinsip multisensory serta prinsip individualisasi. Maka literature circles harus dikombinasikan
dengan terapi bermain.
Menurut Hurlock(1194) dalam Bonny
(2003:104), bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkan tanpa mempertmbangkan hasil akhir. Menurut Bonny (2003:105) Bermain
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·
Bermain menmbulkan
kesenangan, kenikmatan, dan tidak ada unsur paksaan. Jika saat bermain situasi
tersebut tidak muncul maka berman tidak menarik lagi bagi anak.
·
Bermain
menimbulkan motivasi dr karena menyenangi aktivitasnya. Anak termotivasi,
mialnya untukberman dengan lama dan mencari alat permainan.
·
Bermin bersifat
spontan dan sukarela. Anak dapat menciptakan suasana bermain sesuka hatinya.
·
Bermain mempunyai
beberapa peraturan dari pemainnya sendiri. Jika menggunakan aturan bermain maka
sifatnya insidentil dan ditentukan oleh pemain sendiri.
Seelah disampaikan mengenai terapi bermain
maka dapat dlihat bahwa terapi bermain mengandung unsur multisensory dan
indivdualisasi. Dengan bermain anak menjadi senang dan hal ini akan pas jika
untuk meningkatkan minat membaca dan menulis siswa dapat menggunakan strategi
pembelajaran literature circles yang
digabung dengan prinsip terapi bermain.
BAB III
METODE PENELITIAN PRE-
EKSPERIMEN ONE GROUP PRETEST-POSTTEST
A.
Jenis dan
Rancangan Penelitian
Jenis pendekatan
penelitian yang digunakan adalah pendekatan eksperimen. Campbell & Stanley
dalam Arikunto (2013:123) membagi jenis-jenis desain penelitan eksperimen
berdasarkan atas baik buruknya eksperimen atau sempurna tidaknya eksperimen.
Secara gars besar mereka mengelompokkan atas :
-
Pre experimental design (eksperimen yang belum baik)
-
True experimental design (eksperimen yang dianggap sudah baik)
Kemudan menurut Arikunto (2013:123) ada 3 jenis desain
yang dimasukkan ke dalam kategori pre
experimental design, yaitu 1)one shot
case study, 2) pre test and post test, dan 3) static group comparison.
Dengan demikian desain penelitian yang dipilih dalam penelitian
adalah desain pre-eksperimen dengan jenis desain one group pre test and post test.
B.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di:
Nama Instansi : SDLB-D YPAC Surabaya
Alamat Instansi: Jalan
Sukolilo IV no.50 Surabaya
C.
Setting Penelitian
dan Subjek Penelitan
1.
Setting Penelitian
Setting
penelitian meliputi : tempat penelitian, waktu penelitian dan pelaksanaan
penelitian.
a.
Tempat Penelitian
Penelitian
dilakukan kepada siswa SDLB-D di YPAC Surabaya Sukolilo, Surabaya.
b.
Waktu Penelitian
Waktu
penelitian yang diperlukan peneliti untuk melakukan penelitian adalah pada saat
semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
c.
Pelaksaan
penelitian
Penelitian
dilaksanakan setiap hari aktif pembelajaran di sekolah selama 2 minggu untuk
pre-test, 8 minggu untuk pemberian terapi bermain dengan literature circles,
dan 2 minggu untuk post-test.
2.
Subjek Penelitian
Subjek
penelitian ini adalah siswa SDLB-D YPAC Surabaya yang berjumlah 20 siswa.
Alasan peneliti memilih subjek penelitian siswa SDLB-D YPAC Surabaya adalah
iswa yang memiliki kemampuan ntelegensi yang baik namun memiliki gangguan
motorik sehingga seberapa besar minat membaca dan kemampuan menulis siswa
tingkat dasar untuk tunadaksa.
D.
Variabel
Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam
penelitian pre eksperimen ni variable-variabel yang akan digunakanadalah:
a.
Variabel input : siswa SDLB-D YPAC Surabaya
b.
Variabel proses :
perlakuan terapi berman dengan literature circles
c.
Varabel
output : peningkatan minat membaca dan
penngkatan kemampuan menulis siswa.
E.
Instrumen
Penelitian
Instrument penelitian
adalah komponen penelitian yang dibutuhkan dan memiliki peran yang cukup
penting. Menurut Arikunto (2013:193) secara garis besar, alat evaluasi yang
digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1.
Tes
2.
Non-tes
Dalam penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan
teknik evaluasi tes dan non-tes.
1.
Tes
Tes yang diberikan kepada
siswa dilakukan saat pre-test dan post-test. Bentuk tes berupa perintah kepada
siswa untuk membuat mini book dari buku yang telah dibacanya. Begitu pula untuk
post-test dilakukan hal yang sama setelah siswa diberikan perlakuan.
2.
Non tes
Untuk non-tes peneliti
melakukan observasi dan wawancara.
a.
Observasi
Observasi dilakukan saat
siswa melakukan pretest dan post test ketika siswa membaca dan membuat
karangan.
b.
Wawancara
Wawancara dilakukan
kepada setiap siswa. Pertanyaan berupa alasan siswa mengenai minat dalam
membaca dan menulis siswa.
F.
Teknik Pengumpulan
Data
Pengumpulan data adalah
semua tindkan yang dlakukan untuk mengumpulkan data baik secara tertuli maupun
tidak tertulis.
Teknik pengumpulan data
penelitian menggunakan:
1.
Tes keterampilan
Tes keterampilan dengan
meminta siswa untuk membaca dan membuat mini book.
2.
Metode interview
Data didapat dengan
melakukan wawancara dengan siswa mengenai minatnya dalam membaca dna menulis.
3.
Metode observasi
Data didapat dengan
mengamat siswa saat membaca dan menulis.
4.
Metode dokumentasi
Dokumentasi selalu
dilakukan pada setiap kegiatan. Tidak hanya kegiatan siswa tetapi juga hasil
karangan siswa.
G.
Teknik Analisis
Data
Ada 3 langkah secara
garis besar yang terdapat ssaat melakukan analisis data yang disampaikan Arkunto:
1.
Persiapan
2.
Tabulasi
3.
Penerapan data
sesuai dengan pendekatan penelitan
Oleh karena itu adapun rincian dari teknik analisis
data adalah sebagai berikut:
1.
Persiapan
Dalam persiapan analisis
data peneliti melakukan beberapa langkah-langkah yang disampaikan
Arikunto(2013:278)
1.1 mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi.
(Dalam hal ini subjek penelitian yaitu siswa)
1.2 mengecek kelengkapan data
1.3 mengecek macam isian data.
2.
Tabulasi
2.1 skoring yang diberikan menggunakan skala rating
5,4,3,2,1
2.2 memberi kode pada item-item tertentu (buku yang
dibaca)
2.3 mengubah jenis data
2.4 melakukan koding
3.
Penerapan data
Data dianalisis dengan
menggunakan rumus uji t (t-test)
Dimana rumusnya adalah
sebagai berikut:
M = nilai rata-rata hasil perkelompok
N = banyaknya subjek
X = deviasi setiap nilai x2 dan x1
Y = deviasi setiap nilai y2 dan y1
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono . 2012 . Anak Berkesulitan Belajar . Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto,Suharsimi . 2013 . Prosedur Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta
Danuatmaja, Bonny . 2003 . Terapi Anak Autis di Rumah . Jakarta : Puspa Swara
Muslim, Toha & Sugiarmin . 1996 . Ortopedi dalam Pendidikan Anak Tunadaksa .
Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru
Salim, Agus . 1995 . Ortopedogogik ATD . Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru
Van Tiel, Julia Maria . 2007 . Anakku Terlambat Bicara . Jakarta : Prenada
Zulela . 2012 . Pembelajaran
Bahasa Indonesia Apresisasi Sastra di Sekolah Dasar . Bandung: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar