contoh dan tugas proposal penelitian - Perpustakaan Sekolah Artefak SDN Sulung Surabaya

Terbaru

Senin, 19 Desember 2016

contoh dan tugas proposal penelitian

PENGGUNAAN TERAPI BERMAIN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LITERATURE CIRCLES UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISWA DALAM MEMBACA DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA SDLB-D  (TUNADAKSA) YPAC SURABAYA DALAM MENULIS




OLEH :
WIDIYA NANI (14010044056)









PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA




BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Pentingnya menanggapi kemajuan masa kini dan yang akan datang, bangsa Indonesia perlu memosisikan dirinya menjadi bangsa yang berbudaya baca tulis. Pengembangan baca tulis dimulai dari pendidikan formal yaitu sekolah dasar. Jenjang sekolah dasar berfungsi sebagai pusat budaya dan pembudayaan baca tulis. Sekolah dasar sebagai penggalan pertama pendidikan dasar, seyogyanya dapat membentuk landasan yang kuat untuk tingkat pendidikan selanjutnya (Zulela, 2012:1). Membaca dan menulis merupakan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam era literasi yang sedang digalakkan oleh pemerintah saat ini.
Untuk meningkatkan minat membaca dan menulis pada siswa, dapat digunakan salah satu cara atau teknik dalam strategi pembelajaran literasi yaitu literature circles. Literature circles adalah sebuah strategi pembelajaran literature yang berlandaskan konsep belajar sambal bekerja. Strategi ini menekankan aktivitas otentik siswa dalam mempelajari karya atau teks sastra melalui berbagai kegiatan literasi baik membaca, menulis, menyimak, maupun berbicara (USAID, 2015:13-14).
Karena peningkatan minat membaca dan menulis ditujukan pada siswa berkebutuhan khusus yaitu siswa dengan spesifikasi tunadaksa. Dimana siswa dengan ketunadaksaan memiliki hambatan motorik. Hal tersebut dapat dilihat dari pengertian anak tunadaksa menurut Salim (1995:33) istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna” yang artinya rugi atau kurang dan kata “daksa” yang artinya adalah tubuh. Sehingga tunadaksa ditujukan pada mereka yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna. Ketidaksempurnaan ni terjadi karena ada masalah berupa kelainan ortopedi yang berhubungan dengan otot, tulang dan persendian. Sehingga masalah yang dialami karena kelainan tersebut adalah kemampuan motoriknya. Siswa membutuhan pembelajaran dengan prinsip multisensori dan prinsip individualisasi.
Pembelajaran dengan teknik multi sensori dapat diberikan juga melalui terapi bermain. Sehingga untuk meningkatkan minat membaca dan kemampuan untuk menulis maka strategi pembelajaran literatur dapat dikombinasikan dengan terapi bermain agar siswa merasa senang dan mampu menikmati pembelajaran.
Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan sebelumnya maka masalah peningkatan minat baca dan kemampuan menulis siswa tunadaksa melalui penggunaan terapi bermain dengan strategi literature circles yang dilaksanakan di YPAC Surabaya perlu dilakukan.

2.      RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana cara meningkatkan budaya membaca dan menulis pada siswa SDLB-D YPAC Surabaya?
2.      Apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis siswa SDLB-D YPAC Surabaya?
3.      Mengapa penggunaan terapi bermain dengan strategi pembelajaran literature circles dianggap mampu untuk meningkatkan minat membaca dan produktivitas menulis siswa SDLB-D YPAC Surabaya?


3.      TUJUAN PENELITIAN
1.      Untuk mengetahui cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan budaya membaca dan menulis siswa SDLB-D YPAC Surabaya.
2.      Untuk mengetahui hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis siswa SDLB-D YPAC Surabaya.
3.      Untuk membuktikan keefektifan penggunaan terapi bermain dengan strategi pembelajaran literature circles dalam meningkatkan minat membaca dan produktivitas menulis siswa SDLB-D YPAC Surabaya.

4.      MANFAAT PENILITIAN
1.      Mencari tahu cara yang dapat dilakukan agar budaya membaca dan menulis siswa SDLB-D YPAC Surabaya meningkat.
2.      Mencari tahu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis siswa SDLB-D YPAC Surabaya.
3.      Pembuktian terhadap keefektifan penggunaan terapi bermain dengan strategi pembelajaran literature circles dalam meningkatkan minat membaca dan produktivitas menulis siswa SDLB-D YPAC Surabaya.

        BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Membaca merupakan keterampilan yang harus diajarkan kepada siswa sejak ia memasuki jenjang sekolah dasar. Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua anak karena melalui membaca anak dapat belajar banyak tentang berbagai bidang studi (Mulyono, 2012:157). Dengan kemampuan membaca yang dimiliki dapat memungkinkan seseorang untuk meningkatkan keterampilan kerja dan memiliki penguasaan dalam berbagai bidang akademik. Selain itu dengan kemampuan membaca juga dapat memungkinkan untuk berpartisipasi dalam kehidupan soaial,budaya, politik dan memenuhi kebutuhan emosional. Menurut A.S Broto (1975:10) dalam Mulyono (2012:158) membaca bukan hanya mengucapkan Bahasa tulisan atau lambing bunyi Bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi Bahasa tulisan. Kemudian untuk kegiatan menulis, menulis bukan hanya menyalin tulisan tetapi juga mengekspresikan perasaan atau pikiran penulis kedalam lambang-lambang tulisan. Menurut Mulyono (2012:178) kegunaan kemampuan  menulis bagi para siswa adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Oleh karena itu tanpa kemampuan menulis siswa akan kesulitan untuk melakukan ketiga tugas tersebut sehingga menulis harus diajarkan mulai saat anak memasuki jenjang sekolah dasar. Dalam Mulyono (2012:178), Lerner (1985:413) mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual. Soemarno Markam (1989:7) menjelaskan bahwa menulis adalah mengungkapkan Bahasa dalam bentuk simbol gambar. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan serangkaian aktivitas yang melibatkan tangan, lengan, jari serta mata untuk menghasilkan sebuah tulisan yang sesuai dengan pikiran atau perasaan penulis.
Dari pengertian membaca dan menulis yang telah disampaikan jelas bahwa membaca dan menulis harus diajarkan mulai dari jenjang sekolah dasar. Untuk itu budaya membaca dan menulis haruslah ditingkatkan. Untuk meningkatkan minat baca dan menulis siswa maka diperlukan suatu strategi yang dianggap menyenangkan bagi siswa. Sehingga guru haruslah memfasilitasi hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis siswa. Salah satu strategi pembelajaran literatur yang dianggap menyenagkan dan mampu meningkatkan minat membaca dan menulis siswa atau disebut juga kegiatan literasi dapat menggunakan strategi pembelajaran literature circles.
Daniel ( 2002:18) dalam USAID (2012:14) menyatakan bahwa strategi pembelajaran literature circles  menekankan sebelas kunci aktivitas literasi. Kesebelas kunci aktivitas literasi tersebut adalah:
1.                  Siswa memilih sendiri buku bacaan yang akan dibacanya.
2.                  Siswa yang memilih bukuyang sama berada di dalam satu kelompok.
3.                  Kelompok yang berbeda membaca buku yang berbeda pula.
4.                  Masing-masing kelompok membuat jadwal rutin untuk mendiskuskan buku yang dipilih.
5.                  Siswa mencatat seluruh hasil aktivitas membaca dan dskusi yang dilakukan dalam kelompok.
6.                  Diskusi dilaksanakan berdasarkan topik  yang dipilih siswa.
7.                  Pertemuan anggota kelompok bertujuan untuk membicarakan buku secara alamiah sehingga diharapkan dihasilkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended)
8.                  Guru berperan sebagai fasilitator kelompok, bukan sebagai anggota kelompokmaupun instruktur kelompok.
9.                  Evaluasi dilakukan berdasarkan hasil evaluasi diri oleh siswa dan melalui observasi guru.
10.              Proses aktivitas literasi dilandasi suasana yang menyenangkan.
11.              Ketika sebuah buku selesai dibaca, perwakilan kelompok wajib membagikan informasi tentang isi buku pada kelompok lain.
Teknik literasi ini merupakan teknik yang tepat dikarenakan sswa tunadaksa membutuhkan teknk multisensory untuk belajar suatu hal yang baru.
Prinsip multisensory sendiri merupakan prinsip dalam proses pendidikan pada anak-anak tunadaksa yang sedapat mungkin memanfaatkan dan mengembangkan indera-indera yang ada  dalam diri anak. Dan untuk prinsip individualisasi merupakan prinsip dalam menangani siswa tunadaksa dengan memperhatikan keadaan perindividu. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan dari strategi pembelajaran literature circles dan memperhatikan prinsip multisensory serta prinsip individualisasi. Maka literature circles harus dikombinasikan dengan terapi bermain.
Menurut Hurlock(1194) dalam Bonny (2003:104), bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertmbangkan hasil akhir. Menurut Bonny (2003:105) Bermain memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·               Bermain menmbulkan kesenangan, kenikmatan, dan tidak ada unsur paksaan. Jika saat bermain situasi tersebut tidak muncul maka berman tidak menarik lagi bagi anak.
·               Bermain menimbulkan motivasi dr karena menyenangi aktivitasnya. Anak termotivasi, mialnya untukberman dengan lama dan mencari alat permainan.
·               Bermin bersifat spontan dan sukarela. Anak dapat menciptakan suasana bermain sesuka hatinya.
·               Bermain mempunyai beberapa peraturan dari pemainnya sendiri. Jika menggunakan aturan bermain maka sifatnya insidentil dan ditentukan oleh pemain sendiri.
Seelah disampaikan mengenai terapi bermain maka dapat dlihat bahwa terapi bermain mengandung unsur multisensory dan indivdualisasi. Dengan bermain anak menjadi senang dan hal ini akan pas jika untuk meningkatkan minat membaca dan menulis siswa dapat menggunakan strategi pembelajaran literature circles yang digabung dengan prinsip terapi bermain.


BAB III
METODE PENELITIAN PRE- EKSPERIMEN ONE GROUP PRETEST-POSTTEST
A.    Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan eksperimen. Campbell & Stanley dalam Arikunto (2013:123) membagi jenis-jenis desain penelitan eksperimen berdasarkan atas baik buruknya eksperimen atau sempurna tidaknya eksperimen. Secara gars besar mereka mengelompokkan atas :
-          Pre experimental design (eksperimen yang belum baik)
-          True experimental design (eksperimen yang dianggap sudah baik)
Kemudan menurut Arikunto (2013:123) ada 3 jenis desain yang dimasukkan ke dalam kategori pre experimental design, yaitu 1)one shot case study, 2) pre test and post test, dan 3) static group comparison.
Dengan demikian desain penelitian yang dipilih dalam penelitian adalah desain pre-eksperimen dengan jenis desain one group pre test and post test.
B.     Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di:
Nama Instansi  : SDLB-D YPAC Surabaya
Alamat Instansi: Jalan Sukolilo IV no.50 Surabaya
C.     Setting Penelitian dan Subjek Penelitan
1.      Setting Penelitian
Setting penelitian meliputi : tempat penelitian, waktu penelitian dan pelaksanaan penelitian.
a.       Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan kepada siswa SDLB-D di YPAC Surabaya Sukolilo, Surabaya.
b.      Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang diperlukan peneliti untuk melakukan penelitian adalah pada saat semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
c.       Pelaksaan penelitian
Penelitian dilaksanakan setiap hari aktif pembelajaran di sekolah selama 2 minggu untuk pre-test, 8 minggu untuk pemberian terapi bermain dengan literature circles, dan 2 minggu untuk post-test.
2.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa SDLB-D YPAC Surabaya yang berjumlah 20 siswa. Alasan peneliti memilih subjek penelitian siswa SDLB-D YPAC Surabaya adalah iswa yang memiliki kemampuan ntelegensi yang baik namun memiliki gangguan motorik sehingga seberapa besar minat membaca dan kemampuan menulis siswa tingkat dasar untuk tunadaksa.
D.    Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian pre eksperimen ni variable-variabel yang akan digunakanadalah:
a.       Variabel input   : siswa SDLB-D YPAC Surabaya
b.      Variabel proses : perlakuan terapi berman dengan literature circles
c.       Varabel output  : peningkatan minat membaca dan penngkatan kemampuan menulis siswa.
E.     Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah komponen penelitian yang dibutuhkan dan memiliki peran yang cukup penting. Menurut Arikunto (2013:193) secara garis besar, alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1.      Tes
2.      Non-tes
Dalam penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan teknik evaluasi tes dan non-tes.
1.      Tes
Tes yang diberikan kepada siswa dilakukan saat pre-test dan post-test. Bentuk tes berupa perintah kepada siswa untuk membuat mini book dari buku yang telah dibacanya. Begitu pula untuk post-test dilakukan hal yang sama setelah siswa diberikan perlakuan.
2.      Non tes
Untuk non-tes peneliti melakukan observasi dan wawancara.
a.       Observasi
Observasi dilakukan saat siswa melakukan pretest dan post test ketika siswa membaca dan membuat karangan.
b.      Wawancara
Wawancara dilakukan kepada setiap siswa. Pertanyaan berupa alasan siswa mengenai minat dalam membaca dan menulis siswa.
F.      Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah semua tindkan yang dlakukan untuk mengumpulkan data baik secara tertuli maupun tidak tertulis.
Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan:
1.      Tes keterampilan
Tes keterampilan dengan meminta siswa untuk membaca dan membuat mini book.
2.      Metode interview
Data didapat dengan melakukan wawancara dengan siswa mengenai minatnya dalam membaca dna menulis.
3.      Metode observasi
Data didapat dengan mengamat siswa saat membaca dan menulis.
4.      Metode dokumentasi
Dokumentasi selalu dilakukan pada setiap kegiatan. Tidak hanya kegiatan siswa tetapi juga hasil karangan siswa.
G.    Teknik Analisis Data
Ada 3 langkah secara garis besar yang terdapat ssaat melakukan analisis data yang disampaikan Arkunto:
1.      Persiapan
2.      Tabulasi
3.      Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitan
Oleh karena itu adapun rincian dari teknik analisis data adalah sebagai berikut:
1.      Persiapan
Dalam persiapan analisis data peneliti melakukan beberapa langkah-langkah yang disampaikan Arikunto(2013:278)
1.1  mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi. (Dalam hal ini subjek penelitian yaitu siswa)
1.2  mengecek kelengkapan data
1.3  mengecek macam isian data.
2.      Tabulasi
2.1  skoring yang diberikan menggunakan skala rating 5,4,3,2,1
2.2  memberi kode pada item-item tertentu (buku yang dibaca)
2.3  mengubah jenis data
2.4  melakukan koding
3.      Penerapan data
Data dianalisis dengan menggunakan rumus uji t (t-test)
Dimana rumusnya adalah sebagai berikut:
M = nilai rata-rata hasil perkelompok
N = banyaknya subjek
X = deviasi setiap nilai x2 dan x1
Y = deviasi setiap nilai y2 dan y1

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono . 2012 . Anak Berkesulitan Belajar . Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto,Suharsimi . 2013 . Prosedur Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta

Danuatmaja, Bonny . 2003 . Terapi Anak Autis di Rumah . Jakarta : Puspa Swara

Muslim, Toha & Sugiarmin . 1996 . Ortopedi dalam Pendidikan Anak Tunadaksa . Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru

Salim, Agus . 1995 . Ortopedogogik ATD . Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru

Van Tiel, Julia Maria . 2007 . Anakku Terlambat Bicara . Jakarta : Prenada

Zulela . 2012 . Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresisasi Sastra di Sekolah Dasar . Bandung: Rineka Cipta

www.prioritaspendidikan.org diakses 15 September 2016 pukul 18.00 WIB



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
terjun di bidang pendidikan khusus, menjadi praktisi, pendidik di jenjang TK, dan kini menjadi pendidik di SD umum merupakan pengalaman dengan berbagai macam rasa. Melalui blog ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Halaman